
Penjelasan
tentang kemuliaan bulan Muharram ini ditulis oleh KH Sholeh Darat pada bulan
Muharram tahun 1317 H. Jika dilihat dalam penanggalan Jawa online, 1 Muharram
1317 H jatuh pada hari Jum’at Pon bersamaan dengan 12 Mei 1899 M atau 1 Suro
1829 (Jawa).Jika kita hitung sekarang sudah memasuki tahun 2018, maka kitab
karya KH Sholeh Darat ini sudah berumur 119 tahun. Kitab ini ditulis saat KH Sholeh
Darat berusia 79 tahun.
KH Sholeh
Darat menyebutkan dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah
tentang kemuliaan bulan Muharram: “Bahwa awal Muharram itu adalah tahun barunya
seluruh umat Islam. Adapun tanggal 10 Muharram adalah “Hari Raya”yang digunakan
untuk bergembira dengan shadaqah. Hari raya ini adalah untuk mensyukuri nikmat
Allah, bukan hari raya dengan shalat. Tetap hari raya dengan pakaian rapi dan
memberikan makanan kepada para faqir. Sebaiknya orang Islam mengetahui tahun
baru Islam. Hari wuquf di Arafah itu akan menjadi hari pertama bulan Muharram
dan akan menjadi tanggal 27 bulan Rajab”.
Dalam
menyambut tahun baru ini, maka umat Islam diminta untuk membaca doa akhir tahun
pada tanggal 30 Dzulhijjah saat akhir shalat ashar sebanyak tiga kali. Bacaan
doa akhir tahun adalah begini:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ
عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اَللّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِي عَنْهُ فَلَمْ أَتُبْ
مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلِمْتَ عَلَيَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ
عَلَى عُقُوْبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْهُ بَعْدَ جُرْأتِي عَلَى
مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ، فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا
مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْأَلُكَ اَللّهُمَّ يَا
كَرِيْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّي وَلاَ
تَقْطَعْرَجَائِي مِنْكَ يَا كَرِيْمُ.وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
KH Sholeh Darat menjelaskan bahwa siapa saja yang membaca doa akhir tahun ini tidak akan digoda oleh syetan dalam tahun itu. Syetan hanya bisa merusak manusia dalam waktu satu jam. Itupun semua dosa selama setahun telah diampuni oleh Allah karena membaca doa ini. “Maka seyogyanya bagi orang beriman, jangan lupa membaca doa ini saat akhir tahun” tegas KH Sholeh Darat.
Selain membaca
doa akhir tahun, umat Islam juga diminta untuk membaca tiga kali doa awal tahun
setelah shalat maghrib pada awal bulan Muharram. Bacaan doa awal tahun adalah
sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ
عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اَللّهُمَّ أَنْتَ اْلأَبَدِيُّ اْلقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ
الْعَظِيْمِ وَجُوْدِكَ الْمُعَوَّلِ وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ
نَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَاءِهِ وَجُنُوْدِهِ وَالْعَوْنَ
عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ اْلأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلإِشْتِغَالَ بِمَا
يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ زُلْفٰى يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا ومولانا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
أَلِهِ وَاصْحَابِهِ وَسَلَّم.
Doa awal tahun ini ketika dibaca, akan membuat umat Islam terlindungi dari godaan syetan. KH Sholeh Darat menjelaskan: “Barangsiapa membaca doa ini tiga kali di awal bulan Muharram setelah shalat maghrib, maka sesungguhnya syetan itu mengucapkan bahwa anak Adam ini sudah aman dalam sisa umurnya selama tahun itu. Sebab Allah Swt memberikan asisten berupa dua Malaikat untuk menjaganya agar tidak digoda syetan”.
Sungguh mulia sekali bacaan doa
akhir dan awal tahun Islam ini. Tentunya amalan-amalan semacam ini akan semakin
memperkuat hubungan antara manusia dengan Allah Swt, termasuk memperkuat
hubungan manusia dengan manusia. Maka ketika suasana semacam ini, muslim Jawa
selalu menggelar acara Suronan dengan berdoa bersama di Musholla dan Masjid.
Ada dua hal penting dalam majelis itu, berdoa pada Allah dan berkumpul antar
jama’ah untuk membuat hidup rukun dan damai.
Dalam memahami dimensi waktu bulan
Muharram ini dapat diambil sebuah hikmah bahwa kehidupan itu mengenal awal (hidup)
dan mengenal akhir (kematian). Manusia akan melewati proses itu semua.
Untuk menjelaskan kehidupan dan kematian, KH Sholeh Darat juga menyinggung
tentang husnul khatimah dan su’ul khatimah dalam Kitab Munjiyat.
Bahkan secara rinci tanda-tanda adanya husnul khatimah dan su’ul khatimah bagi
setiap orang.
Oleh sebab itu, dalam menyiapkan
kehidupan yang baik menuju khusnul khatimah, maka KH Sholeh Darat mengajarkan
tentang ketenangan hati dan ketenangan perilaku. Dua hal ini penting untuk
dijalani bagi setiap orang yang masih hidup. Ketenangan hati akan didapatkan
jika manusia sadar dan menghayati kalimat “La ilaha illallah”. Kalimat itu
selalu diucapkan tanpa putus dan dijalani dengan baik. Yang muncul kemudian
adalah sifat positif dalam melihat keberadaan Allah sebagai dzat yang maha
rahman dan ra’uf.
Setiap gerak langkah orang yang
dekat dengan Allah selalu mendapatkan jalan terbaik dari Allah. Maka KH Sholeh
Darat mengingatkan agar orang Islam tidak minta kesehatan dan selalu
menyalahkan Allah. Sebab Allah sudah memberikan kenikmatan sehat selamanya, dan
jika dalam kondisi sakit, maka Allah tetap memberikan kasih sayangnya.
Menyalahkan Allah sama halnya dengan kita protes dan lepas dari makna “La ilaha
illallah”. Disitulah ketenangan hati dan ketenangan perilaku itu diuji.
Adapun tanda-tanda orang husnul
khatimah ketika sudah wafat sebagaimana dijelaskan oleh KH Sholeh Darat
berdasar hadits Nabi adalah tiga hal: kening atau pelipisnya berkeringat, kedua
matanya mengeluarkan air mata dan mulutnya kering. Dalam kondisi itu, Allah Swt
memberikan kasih sayangnya bagi jenazah itu. Semoga kita dituntun oleh Allah
dengan hidayahnya dalam menatap tahun baru hijriyah ini.
Sumber : NU Online